Catatan dalam Seminar Percepatan Guru Besar
oleh ABP PTSI Jawa Timur,
Kamis, 4 Oktober 2018
Keluhan mengenai sulitnya mengurus menjadi Guru Besar (Profesor) sudah lama dirasakan oleh para dosen yang menyandang gelar doktor, terutama yang mengajar di perguruan tinggi swasta (PTS). Namun menurut Prof Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D, Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti RI, sekarang ini tiba masa mudahnya, oleh karena itu para doktor yang juga calon Guru Besar didorong untuk menuju jenjang tertinggi karir akademik dosen tersebut. Penegasan Prof Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D tersebut disampaikan pada pertemuan dengan 300 doktor dari seluruh Perguruan Tinggi Swasta se-Jawa Timur yang diselenggarakan pada Hari Kamis, 4 Oktober 2018 di Auditorium Gedung Lantai III, Universitas Narotama Surabaya.
Selain Ali Ghufron, nara sumber lain yang hadir adalah Prof. Thomas Suyatno (Ketua Umum ABP PTSI), Ir. Panji Pujasakti, MT (Kasubdit Karir dan Kompetensi SDIT Dikti), Prof. Dr. Agustinus Ngadiman, M.Pd (Ketua Tim PAK LLDikti Wilayah VII Jawa Timur) dan Assoc. Prof. Wahyu Mulyo Utomo, Ph.D (Pakar Publikasi Internasional Universitas Narotama), masing-masing memiliki kompetensi yang tinggi untuk berbicara tema tersebut. Acara yang dimulai dari jam 09.00 WIB pagi itu baru berakhir jam 15.00 WIB berlangsung gayeng dan dinamis.
Dalam seminar bertajuk “Percepatan Jabatan Akademik Guru Besar di Perguruan Tinggi” ini, Prof. Ali Ghufron menjelaskan panjang lebar tentang kebijakan Kemenristek Dikti berkaitan dengan peningkatan mutu dosen di Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah program akselerasi Guru Besar yang akan diluncurkan pada tahun 2018 dan 2019 nanti. “Kita mendorong agar para doktor mengajukan Guru Besar. Makanya, mereka harus punya jurnal internasional yang bereputasi”, demikian disampaikan Prof Ali Ghufron yang pernah menjadi Wakil Menteri Kesehatan RI di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Sementara itu, Ir. Panji Pujasakti memberikan klinik detail agar tulisan pada dosen yang bergelar doktor di Perguruan Tinggi dapat masuk ke dalam Jurnal Internasional yang bereputasi. “ Untuk tahu jurnal yang bereputasi, maka kita bisa cek ke website www.schimagojr.com. Nah, kalau dideteksi dan ditemukan di website ini, berarti termasuk jurnal terakreditasi yang bereputasi”, ujar Ir. Panji yang juga Kasubdit Karir dan Kompetensi SDIT Dikti tersebut. Selanjutnya, Ir. Panji menjelaskan bahwa istilah bereputasi merujuk pada indeks jurnal seperti Q1, Q2, Q3 dan Q4.
Sebelumnya, dalam sambutannya, Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI), Prof. Thomas Suyatno, menyampaikan motivasi untuk percepatan para calon Guru Besar. Selain itu, Ketua Umum ABP PTSI ini juga memberikan trik-trik agar dapat masuk jurnal internasional. “Untuk mudahnya, maka cara menulis jurnal dapat dilakukan secara kolektif dengan penulis utama secara bergantian. Ini cara agar jurnal kita dapat lebih mudah masuk di jurnal internasional bereputasi”, tegas Prof. Thomas yang pernah menjadi Rektor Universitas Atmajaya Jakarta tersebut.
Acara seminar ini sendiri mendapat respon positif dari peserta. Peserta merasa puas dengan hasil yang diperoleh dalam seminar nasional tersebut. Sejumlah tokoh penting pun hadir, seperti Prof. Dr. Ir Suprapto DEA (Ketua LLDikti Wilayah VII Jawa Timur), Prof . Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil.I (Wasekjen ABP PTSI Pusat), H. Tugino.S, SE (Ketua ABP PTSI Jawa Timur), Hj. Rr. Iswahyu Dhaniarti DS.ST., M. HP (Sekretaris ABP PTSI Jawa Timur), Ibu Dahniar, M.Si (Bendahara ABP PTSI Jawa Timur), Dr. Budi Endarto, M.Si (Pengurus ABP PTSI Jawa Timur). dan sejumlah tokoh pendidikan tinggi di Jawa Timur. **
(MNH/Bidang Publikasi ABP PTSI)
http://www.nu.or.id/post/read/96123/katib-syuriyah-nu-jember-raih-gelar-profesor
http://abpptsi.org/anggota/yayasan-pendidikan-nahdlatul-ulama-jember/